Please wait...
Hai kawula muda penerus bangsa, siapa sih yang nggak mau jadi orang sukses? Impian menjadi orang sukses pun pasti sudah kalian tanam dalam hati sejak kecil kan?
Kalau di tanya guru, cita-cita kamu apa? Pasti jawabnya mau jadi orang sukses bu guru! Yaps... jawabannya pasti iya.
Kesuksesan nggak hanya lahir dari garis keturunan atau seberapa besar warisan, tapi juga dengan kecerdasan intelektual dan emosional yang seimbang.
Kecerdasan emosional ini lebih dikenal dengan EQ atau Emotional Quotient yang berhubungan dengan emosi seseorang dan diasosiasikan dengan otak kanan. Menurut KBBI emosional diibaratkan tentang rasa atau parasaan.
Sedangkan kecerdasan intelektual lebih sering disebut IQ yaitu Intelektual Quotient yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analisis yang diasosiasikan dengan otak kiri, dalam arti lain intelektual adalah cerdas, berakal, dan memiliki ilmu pengetahuan menurut KBBI.
Yuk Seimbangkan
Jika kamu seorang yang pintar dalam semua mata pelajaran, namun kamu angkuh dan cenderung menutup diri, bisa dibilang kecerdasan emosional kamu belum di asah.
Menurut psikolog Elleen Rachman “anak yang cerdas dan berguna bagi lingkungan adalah anak yang dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan emosi”.
Seseorang hanya memiliki kecerdasan intelektual namun nggak memiliki kecerdasan emosional maka hidupnya tidak seimbang, cenderung akan mengalami kegagalan.
Kenapa bisa disebut demikian? karena ketidakmampuan seseorang dalam mengarahkan emosinya secara baik, kecerdasan tanpa dilandasi rasa emosional akan cenderung digunakan untuk kebodohan dan mencelakakan orang lain, sebaliknya kecerdasan emosional tanpa di imbangi intelektual akan menjadi sasaran kejahatan dan penindasan orang lain.
Jika di dalam dunia bisnis, kecerdasan intelektual kamu sudah sangat memadai, kamu bisa memanaje apapun itu sendiri, bahkan sampai nggak percaya dengan kemampuan orang lain, itu akan merusak bisnis kamu sendiri lho.
Contoh, kamu adalah seorang pemimpin perusahaan, tapi setiap rapat kamu nggak merespon baik dan sering membodoh-bodohi kinerja karyawanmu, pasti karyawanmu akan jenuh dan satu persatu resign dari perusahaan.
Hal seperti ini akan terjadi jika tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional. Karena kelebihan dari kecerdasan emosional, memiliki inisiatif dan empati yang tinggi. Kemampuan ini mampu menempatkan diri di posisi orang lain, jadi ada proses evaluasi dan intropeksi.
Menurut Daniel Goleman dalam buku Emotional Intelegence menyatakan bahwa seorang pemimpin yang hanya pintar namun nggak pandai mengendalikan emosinya akan cenderung kaku, sementara seorang pemimpin adalah seseorang yang harus punya kepekaan terhadap sekitar dan mampu meredam ketika situasi sedang sangat tegang.
Pada dasarnya orang yang pintar ini banyak dibutuhkan di segala bidang yang juga tidak jarang menjadi sosok pemimpin, baik di suatu organisasi maupun pada komunitas/baik yang sifatnya formal maupun informal.
Inilah mengapa pentingnya seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual juga harus memiliki kecerdasan emosional karena perannya yang penting dan tanggung jawabnya yang besar.
Jika kamu sudah mendalami dua kecerdasan tersebut, kamu sudah lolos menjadi pemimpin yang sukses dan dicintai bawahanmu. Semua akan berjalan lancar dan satu persatu pundi uang pun akan ngalir ke kantongmu.
Selamat mengasah IQ dan EQ mu!
Penulis : Dewi Shinta N
E.ditor: Dwi Andika Pratama